Sabtu, 08 Januari 2011

TAMAN MINI INDONESIA INDAH ( TMII )





SEJARAH

Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.
TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektar.

Logo dan maskot
TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.


Anjungan daerah
Anjungan Kalimantan Selatan
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 propinsi Indonesia.

Sarana rekreasi
Istana Anak-anak Indonesia
Keong Mas
Istana Anak-anak Indonesia
Kereta gantung
Perahu Angsa Arsipel Indonesia
Taman Among Putro
Taman Ria Atmaja
Taman Renang Ambar Tirta
Teater IMAX Keong Emas
Di Teater IMAX Keong Mas diputar berbagai film mulai dari film bertemakan lingkungan dan nusantara sampai film-film box office yang resolusinya diubah menjadi khusus untuk teater IMAX. Beberapa diantaranya adalah Harry Potter and the Prisoner of Azkaban , dan Spiderman 2 .
Desa Wisata
Teater Tanah Airku
Snow Bay, kolam renang

Taman
Di TMII terdapat berbagai macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna Indonesia seperti taman anggrek, taman melati, kolam akuarium air tawar dan taman burung.

Museum
Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya dan teknologi seperti Museum Indonesia, Museum Pusaka, Museum Transportasi, dan Pusat Peragaan IPTEK.

(sumber wikipedia Indonesia.)


TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII)
HISTORY

The idea of building a miniature which includes completeness of Indonesia with everything in it is triggered by the First Lady, Siti Hartinah, better known as Ibu Tien Soeharto. This idea blaze at a meeting on Jalan Cendana no. 8 Jakarta on March 13, 1970. Through this miniature is expected to evoke a sense of pride and love for the fatherland in the entire nation of Indonesia. So began a project called Project Thumbnail Indonesia "Indonesia Indah", held by Yayasan Harapan Kita.
TMII was built in 1972 and inaugurated on April 20, 1975. Various aspects of the natural wealth and culture of Indonesia through the use of modern technology exhibited in the area of 150 hectares.

Logo and mascot
TMII have a logo which basically consist of letters TMII, abbreviation of "Taman Mini Indonesia Indah". While the mascot in the form of Hanuman puppet called Nitra (Anjani Putra). Mascot Taman Mini "Indonesia Indah" was established usage by Mrs. Tien Soeharto, to coincide with the bi tiger TMII age, in 1991.


Pavilion area
South Pavilion
In Indonesia, almost every tribe has the shape and style of different buildings, not even a rare one tribe has more than one type of traditional buildings. Building or traditional architecture they make always dilatarbetakangi by environmental conditions and cultural assets. In TMII, the picture is realized through the Pavilion, which represents tribes located in 33 provinces of Indonesia.

Recreational Facilities
Indonesian Children's Palace
Keong Mas
Indonesian Children's Palace
Cable car
Swan Boat Arsipel Indonesia
Among Park Putro
Ria Park Atmaja
Ambar Tirta Pool Park
Keong Emas IMAX Theatre
In Keong Mas Imax Theater played a variety of films ranging from environmentally-themed films and the archipelago until the films box office that the resolution was changed to specifically for the IMAX theater. Some of them are Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, and Spiderman 2.
Village Tourism
Theatre Land Track
Snow Bay, swimming pool

Garden
In TMII there are various kinds of gardens that demonstrate the beauty of flora and fauna of Indonesia such as garden of orchids, jasmine gardens, ponds freshwater aquarium and a bird park.

Museum
The museum is intended to showcase the history, culture and technology such as the Indonesian Museum, Heritage Museum, Museum of Transportation, and the Center for Science and Technology Demonstration.

Selasa, 21 Desember 2010

MONUMEN NASIONAL ( MONAS )








Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.(Ind)

National Monument or the popular abbreviated or Tugu Monas Monument is a monument as high as 132 meters (433 feet) which was established to commemorate the resistance and the Indonesian people's struggle for independence from the Dutch East Indies colonial administration. Construction of this monument began on August 17, 1961 under the orders of President Sukarno, and opened to the public on July 12, 1975. The monument is crowned with flame-coated gold leaf that symbolizes the spirit of the glowing struggle. National Monument is located right in the middle of Merdeka Square, Central Jakarta. Monuments and museums are open every day starting at 08:00 to 15:00 West Indonesia Time. On Monday last week of each month is closed to the public.(Eng)

Sejarah
Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.(Ind)

History
After the central government of the Republic of Indonesia returned to Jakarta after the previous domicile in Yogyakarta in 1950 following the recognition of the sovereignty of the Republic of Indonesia by the Dutch government in 1949, President Sukarno began thinking about building a national monument which is equivalent to the Eiffel Tower on the ground right in front of Merdeka Palace. Monas monument Development aims to commemorate and preserve the Indonesian struggle during the revolution of independence, 1945, to continue to inspire patriotism and spirit of present and future generations.
On August 17, 1954 a national committee was formed and a national monument design competition held in 1955. There are 51 works entered, but only one works made by Frederich Silaban who meet the prescribed criteria of the committee, among others, describe the character of the Indonesian nation and can last for centuries. The second contest was held in 1960 but again none of 136 participants who meet the criteria. Chairman of the jury later asked Silaban to show the design to Sukarno. However, Sukarno less like the design it and he wanted the monument was shaped phallus and yoni. Silaban then asked to design a monument with a theme like that, but the design of the proposed Silaban too extraordinary that the costs are very large and can not be borne by the state budget, especially when economic conditions were bad enough. Silaban refused to design a smaller building, and suggested that development be postponed until the Indonesian economy improves. Sukarno then asks architect R.M. Soedarsono to resume the draft. Soedarsono enter number 17, 8 and 45, represent begin August 17, 1945 proclamation of Indonesian independence, into the design of the monument. [1] [2] [3] The National Memorial was later built in the area of 80 hectares. This monument diarsiteki Silaban and R. Friedrich M. Soedarsono, began construction August 17, 1961. (Eng)


Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.[4][5] Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.(Ind)

The development consists of three stages. The first phase, the period 1961/1962 - 1964/1965 officially begins with thethe commencement of construction on August 17, 1961 with a ceremonial stick Sukarno first concrete pegs . Total 284 pins are used as building foundation concrete. A total of 360 pegs embedded earth for the foundation of the national history museum. The entire foundation erection completed in March 1962. The walls of the museum at the base of the building was completed in October. Development obelisk then started and finally completed in August 1963. The second phase of development took place in the period 1966 until 1968 due to the September 30th Movement of 1965 (G-30-S/PKI) and an attempted coup, this phase was delayed. The final stage took place in 1969-1976 by adding a diorama at the museum's history. Although construction has been completed, problems still occur, including leakage of water that flooded the museum. The monument was officially opened to the public and was inaugurated on July 12, 1975 by the President of the Republic of Indonesia Soeharto. [4] [5] The location of this monument known as the Merdeka Square. Monas Square experiencing five times the renaming Gambier Field, Field Ikada, Merdeka Square, National Monument Square and Monument Park. Around the monument there is a garden, two ponds and some open field where the exercise. On holidays Medan Merdeka filled with visitors who enjoy the scenery Monas recreation and perform various activities in the park.(Eng)

Rancang Bangun Monumen
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Lingga dan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.[6] Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu" dan "lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato[7] sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.(Ind)

Design Monuments
Monas design based on the concept of universal eternal partner; Linga and Yoni. Monument towering obelisk that symbolizes the phallus male, masculine elements which are active and positive, and symbolizes the day. While the court of the cup base is Yoni obelisk that symbolizes female, feminine elements are passive and negative, and symbolizes the night. [6] Linga and yoni is the symbol of fertility and harmonious unity complementary Indonesia since prehistoric times. Also Monas form can also be interpreted as a pair of "pestle" and "mortar", a rice pestle found in every traditional Indonesian peasant household. Thus the full dimensions of the monument design distinctive national culture of Indonesia. The monument consists of 117.7 meters above the obelisk on a square base of The 17 meters tall, the court of the cup. This monument is coated with Italian marble.
Swimming on Merdeka Square Park North is 25 x 25 meters designed as part of the air conditioning system as well as enhance your appearance Monument Park. Nearby there is the fountain and statue of Prince Diponegoro, who was riding his horse, made of bronze weighing 8 tons. The statue was created by Italian sculptor, Professor. Coberlato [7] as a donation by the Consulate General of Honores, Dr. Mario Bross in Indonesia. The entrance to the monument located in North Merdeka park near the statue of Prince Diponegoro. Entrance through a tunnel that is 3 m below the park and cross the road this monument, the entrance of visitors to the memorial monument. Ticket booth located at the end of the tunnel. When the visitors got back into the ground on the north side of the monument, visitors can continue the tour of the relief of the history of the struggle of Indonesia; get into the museum of national history through the door at the northeast corner, or straight up into the middle towards independence hall or elevator to the top court of the monument.(Eng)

Relief Sejarah Indonesia
Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan Gajah Mada dan sejarah Majapahit
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara di masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.(Ind)

Relief Indonesian History
Relief arising Indonesian history shows and history of Majapahit Gajah Mada
In the courtyard outside around the monument, at every corner there is a relief depicting the history of Indonesia arise. Relief begins at the northeast corner to perpetuate the glory of the archipelago in the past, displaying the history Singhasari and Majapahit. This relief continues in chronological order in a clockwise direction towards the southeast corner, southwest, and northwest. Chronologically depict the Dutch colonial period, the resistance of the people of Indonesia and Indonesia's national heroes, the formation of modern organizations that fight for an independent Indonesia in the early 20th century, Youth Pledge, the Japanese Occupation and World War II, Indonesia's independence proclamation followed the Revolution and War of Independence Republic Indonesia, to achieve the development of modern Indonesia. Reliefs and sculptures are made of cement or metal pipe with the frame, unfortunately some sculptures and statues began to fall out and damaged by rain and tropical weather.(Eng)

Museum Sejarah Nasional
Pelajar memperhatikan diorama sejarah Indonesia
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru di masa pemerintahan Suharto.(Ind)

National History Museum
Students pay attention to historical diorama Indonesia
At the base of the monument at a depth of 3 meters below ground level, there is the Museum of National History of Indonesia. Large space museum of history of national struggle with the size 80 x 80 meters wide, can accommodate about 500 people visitors. This marble great room there were 48 dioramas on all four sides and 3 diorama in the middle, so that a total of 51 dioramas. This diorama shows the history of Indonesia since the pre-history to the New Order. This diorama dimula from the northeast corner moving clockwise journey tracing the history of Indonesia; begin the pre-history, the ancient empire like Srivijaya and Majapahit, followed by European colonial period that followed the resistance of the pre-independence national hero against the VOC and Dutch East Indies government. Diorama continues until the period of the Indonesian national movement of the early 20th century, Japanese occupation, wars of independence and the revolution, until the New Order of Suharto's reign.(Eng)

Ruang Kemerdekaan
Ruang kemerdekaan
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[1][8]. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.(Ind)

Independence hall
Inside the monument there is cup-shaped amphitheater Independence Room. This room can be achieved through spin ladder in the north and south side doors. The room is storing state symbols and independence of the Republic of Indonesia. Among the original text of Indonesia's Independence Proclamation stored in a glass case inside the gilded gates, the symbol of the state of Indonesia, a map of the Unitary Republic of Indonesia archipelago gold plated, white and red flag, and the walls are inscribed the manuscript Proclamation of Independence of the Republic of Indonesia. [1] [8 ]. In the space of Independence National Monument was used as a quiet space for silence and meditation commemorate the essence of independence and the struggle of the Indonesian nation. The original of the proclamation of Indonesian independence is stored in a glass case in the gold-plated gate. Mechanical door is made of bronze weighing 4 tons of gold-plated engravings adorned Wijaya Kusuma flower that symbolizes eternity, and the lotus flower which symbolizes purity. This door is located on the west side of the wall right in the middle of the room and black marble. The door is known as a mechanically Independence Gate will open as he let out the song "State Song" followed later by a recorded voice reading the manuscript proclamation middle Sukarno on August 17, 1945. On the south side there is a statue of Garuda Pancasila, the Indonesian state emblem made of bronze weighing 3.5 tons and gold plated. On the eastern side there is writing the script lettered proclamation bronze, this side should display the flag of the most sacred and exalted Sang Saka Merah Putih, which was originally flown on August 17, 1945. But because his condition was getting old and fragile, sacred flag is not displayed. Diding north side of this black marble featuring gilded archipelago, symbolizing the location of the Unitary Republic of Indonesia.(Eng)

Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram[1], akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.[9] Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).(Ind)

Court Summit and Independence Fire.
115 meters high court where visitors can enjoy panoramic views of Jakarta from a height
An elevator (lift) on the south side of the door will bring visitors to the court of the peak size of 11 x 11 meters at an altitude of 115 meters from ground level. This elevator transport capacity of 11 people once. Court of this peak can accommodate about 50 people, and there are binoculars to see the panorama of Jakarta closer. In the elevator around the body there is an emergency staircase made of iron. From the top court of the Monas monument, visitors can enjoy views across the city. If the sunny weather conditions without the smoke haze, in the direction to the south visible from a distance of Mount Salak in Bogor regency, West Java, stretching north sea with small islands.
National Monument at the top there is the cup that sustains bronze torches weighing 14.5 tons and 35 Kilograms of gold coated. Flame or torch, measuring 14 meters high and 6 meters in diameter consisting of 77 sections that are put together. This flame as a symbol of the spirit of struggle of the Indonesian people who want to achieve independence. Initially the flame is coated sheet bronze gold weighing 35 kilograms [1], but to welcome the celebration of half a century (50 years) Indonesian independence in 1995, gold leaf was re-covered so as to achieve weight 50 kilograms of gold sheet. [9] Peak monument form of "Fire Nan unflagging" meaningful for the Indonesian nation always has a fiery spirit in the struggle and never recede or outages of all time. Court of the cup to provide views for visitors from a height of 17 meters from ground level. Court of the cup can be reached via an elevator when it fell from the top court, or through the ladder reached the bottom of the cup. High court of the cup from the bottom of 17 meters, while the high range of space history museum to the bottom of the cup is 8 m (3 feet below ground plus 5 meters of stairs to the base plate). Area of the square courtyard, measuring 45 x 45 meters, it is the preservation of sacred figures Proclamation of Independence (17-8-1945).(Eng)

(sumber wikipedia Indonesia )

Senin, 07 September 2009

TELAGA SARANGAN/ SARANGAN LAKE



TELAGA SARANGAN/ SARANGAN LAKE



Watching Video/ lihat video ...Klik Disini...

Read about/ baca ttg Sarangan ... Klik Disini...

Telaga Sarangan berada di daerah Magetan tepatnya di sebelah barat kota Plaosan, hampir dekat dengan perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Telaga sarangan berada di kaki gunung lawu yang merupakan gunung terbesar di pulau Jawa. Wisata telaga sarangan meliputi :
1. Wisata berkuda, dimana pengunjung dapat mengelilingi telaga dengan cara berkuda.
2. Wisata air, dimana pengunjung dapat mengelilingi telaga dengan menggunakan prahu boat.
3. Wisata kuliner, dimana pengunjung dapat menikmati jajanan khas kota magetan, seperti sate kelinci, sate ayam, soto, rawon, dll disekitar telaga.
4. Wisata Air Terjung, dimana pengunjung dapat menikmati indahnya air terjun yang tidak jauh lokasinya dari telaga sarangan.
5. dan masih banyak wisata- wisata yang lain yang dapat kita nikmati disana.

Telaga sarangan cocok untuk berwisata bersama keluarga, bagi anda yang rumahnya jauh, disini disediakan banyak penginapan2, hotel2, yang lokasinya tidak jauh dari telaga.